Catatan Malam Ke-8 Ramadhan : Perbedaan antara Orang Lalai dengan Orang yang Terjaga
Catatan Malam Ke-8 Ramadhan 1437 H
Dayah Raudhatul Qur'an- Pada malam ini tanggal 12 Juni 2016 yang menjadi catatan penting dalam ceramah Tgk. H. Sulfanwandi Hasan, MA, yang perlu kita ketahui adalah:
"Ahlul yaqdhah yukhalifu Ahlal ghaflah"
Yaitu orang-orang yang terjaga berbeda dengan orang-orang yang lalai
Jika setiap kebiasaan orang yang terjaga (ahlu yaqdhah) dianggap sebagai ibadah maka sangat jauh berbeda dengan kebiasaan orang yang lalai (ahlu ghaflah) yang dianggap hanya sebuah adat atau sebatas kebiasaan.
Di antara kebiasaan-kebiasaan orang yang terjaga dengan orang yang lalai:
1. Dalam bab makan dan minum
Orang yang terjaga (ahlu yaqdhah) menganggap makan dan minum adalah sebuah nikmat yang diberikan oleh Allah dan selalu mensyukuri terhadap nikmat tersebut serta mereka tidak makan berlebih-lebihan, mereka selalu berpedoman kepada firman Allah:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ المُسْرِفِينَ
Artinya: "Makan dan minumlah kamu dan jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-'Araf 31)
Sedangkan orang yang lalai (ahlu ghaflah) menganggap makan dan minumnya hanya sebatas penghilang lapar dan dahaga, mereka akan makan dan minum secara berlebih-lebihan hingga puas. Dan hal ini sangat sering kita jumpai sekarang ini ketika berbuka puasa banyak orang langsung menyikat habis semua menu berbuka yang terhidang di dapannya hingga tidak sanggup lagi untuk melaksanakan ibadah salat tarawih.
baca juga : https://dayahrqcenter.blogspot.de/2016/06/catatan-malam-ke-2-ramadhan-4-amalan-yang-dicintai-allah.html
2. Dalam bab tidur
Tidurnya orang yang terjaga (ahlu yaqdhah) sebagai bentuk syukur kepada Allah mereka masih diberikan waktu untuk beristirahat dan sebagai pengingat mati hingga menjadikan tidur mereka ibadah, sebagaimana firman Allah:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ
اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ
لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
ِ
Artinya: "Dialah yang menjadikan malam bagimu untuk beristirahat, dan menjadikan siang terang benderang agar kamu mencari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar." (QS. Yunus : 67)
Di setiap awal tidur mereka selalu membaca
بِاسْمِكَ رَبِّي وَضَعْتُ
جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ فَإِن أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْ
سَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحيْنَ
Sedangkan orang yang lalai (ahlu ghaflah) hanya menganggap tidur sebatas rutinitas kebiasaan harian saja tanpa merenungi apa makna dibalik tidur mereka.
3. Kebiasaan Berbicara
Perkataan yang keluar dari mulut orang yang terjaga (ahlu yaqdhah) selalu bernilai, dimana mereka selalu berzikir mengingat Allah, tidak berkata kecuali yang baik-baik.
Sedangkan orang yang lalai (ahlu ghaflah) di setiap perkataannya selalu mengandung dosa, hingga tak jarang kita jumpai orang yang telah banyak sekali berbicara terbawa hingga dalam tidur berbicara. inilah penyabab dari kelalaian seseorang tersebut.
4. Mengunjungi Orang Sakit
Orang yang terjaga (ahlu yaqdhah) meyakini kunjungan terhadap orang sakit adalah sebagai ibadah yang apabila dilakukan dengan ikhlas dan memberikan hiburan dan kesejukan kepada orang sakit tersebut maka pahalanya adalah surga. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
عَائِدُ
الْمَرِيْضِ فِيْ مَخْرَفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya:"Orang yang menjenguk orang sakit berada dalam kebun surga sampai dia pulang."
Sedangkan orang yang lalai (ahlu ghaflah) hanya menjenguk orang sakit dikarenakan merasa tidak enak dengan orang tersebut, mungkin keluarga, sahabat atau masyarakat sekampung. Atau menganggap sebagai belas kasihan, kalau kita hari ini menjenguknya nanti pasti dia juga akan menjenguk kita ketika sakit.
5. Birrul Walidaini (Berbuat baik dengan Orang Tua)
Orang yang terjaga (ahlu yaqdhah) selalu melakukan silaturrahmi dengan orang tuanya, selalu berbuat baik terhadap orang tuanya. Dia meyakini ketika dia sudah berkeluarga pulang untuk menemui orang tunya adalah sebagai perintah Allah, bukan sekedar rutinitas mudik setiap tahun.
Adapun orang yang lalai (ahlu ghaflah) menganggap silaturrahminya dengan orang tua hanya sebatas kebiasaan setiap tahun atau hanya karena ingin menikmati liburan karena kesibukan kerja setiap hari.
6. Kasbul Rizki (Mencari Rizki)
Orang yang terjaga (ahlu yaqdhah) selalu sadar bahwa rizki halal yang dia cari setiap harinya adalah semata-mata karena Allah di samping bentuk pengabdian dan tanggung jawabnya terhadap keluarga. sehingga setiap keringat yang keluar akibat kerja menjadikan dia pahala yang berlipat ganda. Karena dia sadar bahwa makanan yang sangat utama (afdhal) adalah makanan dari hasil keringat sendiri. Sehingga rizki yang dia cari tersebut membawa keberkahan kepada keluarganya.
Sedangkan orang yang lalai (ahlu ghaflah) hanya menganggap mencari rizki tersebut hanya sebatas tanggung jawabnya terhadap keluarga. Coba jika kita menganggap setiap pemberian kita kepada keluarga adalah sedekah pasti itu akan sangat bernilai.
Wallahu'alam.
baca juga : https://dayahrqcenter.blogspot.com/2016/06/catatan-malam-ke-7-ramadhan-siapakah-orang-ghafilun-lalai.html
Catatan Malam Ke-8 Ramadhan : Perbedaan antara Orang Lalai dengan Orang yang Terjaga
Reviewed by RQ Center
on
11:59:00 PM
Rating:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsLPElDyYxJnROwEn1uVw7ghNuGcqgEkqff83WGg-RJe5BUyxDj9oo_jVOZqx-z2KrXXkSS-GnGXpv8OE2JDGy19QjPb4RTmQxrLHRisyJBuooGldq1FLYy0Rcknoie7RqXq-2MrAVkgEa/s72-c/IMG20160614220924.jpg)
Tidak ada komentar: