Dayah Raudhatul Qur'an Tungkob Darussalam Aceh Besar
Dayah Raudhatul Qur'an Darussalam Aceh Besar
Oleh : Mirza Fathullah Arif
A. Latar Belakang Berdirinya Dayah Raudhatul Qur’an
![Dayah Raudhatul Qur'an Tungkob Daussalam Aceh Besar Dayah Raudhatul Qur'an Tungkob Daussalam Aceh Besar](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLB5aW7jchTB9ibLUt90yI9El1UZ3saTqxg4EajntT73F1dJkuZX9YfRM_xnoGXsUiUKKK1C6D2pjbDhbDp1kFQ-14dZ8KYzn92sFSQfZ-0yw_lo9YuEdIxe-2q05cXj8l7oOCWwlfS2Rk/s320/Copy+of+IMG_0245.jpg)
Pondok pesantren
Raudhatul Qur’an yang berangkat dari sebuah pengajian kecil yang bersifat
kekeluargaan artinya disamping rumahnya dijadikan sebagai tempat pengajian
begitu juga para santrinya berasal dari keluarga dekat. Kemudian hari demi hari
terus berganti jumlah santripun bertambah terutama orang orang dekat/ ada
hubungannya sanak saudara sehingga rumah tidak layak lagi untuk menampung
sekian orang timbullah ide masyarakat untuk membantunya.
Pada tahap awal
mereka hanya membangun sebuah balai yang berukuran sederhana. Dari proses
inilah pondok ini berangkat hingga sekarang telah mengasuh 150 santri tingkat
Diniyah, 80 orang tingkat Tsanawiyah, 50 orang tingkat ‘Aliyah dan 800 orang Majelis
Ta’lim. Para santri dan anggota Majelis Ta’lim berasal dari kecamatan
Darussalam Aceh Besar, Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh dan Daerah sekitarnya.
Para santri yang menetap pada umumnya berasal dari seluruh pelosok daerah Kabupaten/Kota seluruh Aceh.
Dalam
perkembangannya pesantren ini telah banyak melakukan perombakan baik dari segi
sarana maupun prasarana. Bergitu juga dengan jumlah santri, dewan guru ataupun
metode pendidikan yang tidak diragukan lagi di samping pendidikan Agama sebagai
ciri khas ponpes, para santri juga diberikan pelatihan dan ketrampilan yang
ditangani langsung oleh tenaga setempat.
B. Lokasi Pesantren Raudhatul Qur’an
Dayah Raudhatul Qur’an terletak di
desa Tungkop kecamatan Darussalam kabupaten aceh besar persisnya di dusun
Tungkop Barat, yaitu satu kilometer dari kampus UNSYIAH dan IAIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Nama pesantren Raudhatul Qur’an diambil
dari dua suku kata bahasa arab yang mempunyai arti taman Qur’an. Pondok
pesantren yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1999. Didirikan oleh Tgk. H.
Sulfanwandi Hasan, MA yang berasal dari Desa Kuta Buloh II, Kec. Meukek Kab.
Aceh selatan.
C. Keadaan Santri Ponpes Raudhtul Qur’an
Untuk melihat lebih jelas jumlah santri / staf
pengajarpada pesantren Raudhatul Qur’an dapat dilihat pada table berikut :
Jumlah Santri / Staf Pengajar Pada Pesantren Raudhatul Qur’an
Katagori Santri / Guru
|
Berdasarkan Umur
|
Jumlah
|
|||
07 – 12
|
13 – 24
|
25 -30
|
> 30
|
||
Santri mukim
Santri tidak mukim
Guru mukim
Guru tidak mungkim
|
150
|
80
20
8
|
50
10
5
|
800
5
2
|
130
950
35
15
|
Jumlah santri dan staf pengajar pada pondok pesantren
Raudhatul Qur’an terus bertambah seiring lajunya pertambahan lokal/ ruang
belajar. Hal lain yang menyangkut dengan tenaga pengajar adalah para staf
pengajar tersebut direkrut dari kelas tertinggi (Ma’had Ali) mereka diberikan
kesempatan untuk memperdalam ilmunya lewat mengajar. Dalam hal ini mereka tidak
diberi gaji atau upah dari pimpinan pesantren. Kasih sayang dan semangat dari
pimpinan itulah gairah dan semangat yang mendorong untuk tetap menjaga
kedisiplinan dalam bertugas, dengan didikan kehidupan yang sederhana itulah
yang membuat seorang guru berbahagia.
Perkembangan dan kemajuan di sisi lain khususnya di
bidang santapan rohani terhadap masyarakat luas, seorang santri dibebani
prinsip-prinsip penerapan cara berhadapan dengan masyarakat. Dalam hal ini
mereka diberi kesempatan berbaur lewat ceramah Agama, pengajian, atau sesuatu
yang lain prinsipnya bakti sosial kemasyarakatan.
D. Tujuan Pondok Pesantren Raudathul Qur’an
Salah satu visi dan
misi kemandirian pesantren ini adalah terwujutnya insan yang berakhlak mulia.
Dalam menghadapi peradaban yang semakin hari semakin bergejolak, para santri
harus dibekali ilmu yang bisa menjawab persoalan persoalan yang akan dihadapi
dalam masyarakat. Pembekalan ilmu yang mantap, membuat santri percaya diri,
bisa beradaptasi dengan lingkungan luar bahkan bisa tampir dihadapan orang
banyak.
Keberhasilan dan
meraih prestasi sudah terbiasa, ini bukan sifat local, berbagai penghargaan
sudah dipersembahkan mulai dari tingkat kecamatan maupun kabupaten.
Keberhasilan demi keberhasilan membuat lembaga
ini terus berkiprah. Apa
yang memang menjadi realitas lembaga ini terus berpacu dalam segala bidang.
Kehadiran
pondok pesantren Raudhatul Qur’an di tengah tengah masyarakat khususnya
sekecamatan darussalam udah dirasakan semenjak kemandirian lembaga ini yaitu
tahun 1997. pembinaan yang sangat di prioritaskan yaitu pembinaan Akhlak lewat
pengadaan majis ta’lim (pengajian). Pengiriman kader-kader da’i kegiatan bakti
sosial yang mencakup kegiatan shalat jenazah, tahlilan, dalail khairat, tadarus
Al Qur’an dan lain-lain yang sifatnya Agamis. Lewat kegiatan inilah fanatisme
masyarak disekitarnya sangat kuat, buktinya lembaga yang tidak bersumber dana
dari pemerintah ini tidak kalahnya dengan lembaga formal lainnya, APBD nya di
tangan masyarakat. Dan merupakan tanggung jawap masyarakat khususnya masyarakat
Kecamatan Darussalam.
Suatu
komponen masyarakat, bisa saja pengamalan yang mereka amalkan sedikitnya
menentang dengan apa yang seharusnya, penyimpangan ini merupakan tindak lanjut
dari pembinaan yang mereka terima. Apalagi dikaitkan dengan perkembangan zaman
dan perubahan adat kebudayaan yang bergitu tajam. Pada prinsipnya kehadiran
lembaga ini yang bervisi mengembalikan masyarakat kepada ajarang yang
sebenarnya (fitrah). Adalah merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
individu santri pondok pesantren salafi. Lewat program jangka ini mudah-
mudahan sudah terlaksana walaupun belum sepenuhnya terkendali. Hanya sebagian
kecil dari masyarakat itu sendiri belum menerimanya.
Pimpinan
pondok pesantren Raudhatul Qur’an yaitu Tgk. H. Sulfanwandi Hasan, MA.
Konsekuwensinya terhadap pesantren Raudhatul Qur’an sangat tinggi, tidak
gegabah dalam melaksanakan suatu pekerjaan, penuh hati-hati. Atas dasar itulah
semua pola pikir terwujudkan. Apakah itu bidang mekanisme, keorganisasian
pesantren ataupun kepedulian masyarakat.
E. Ciri-Ciri Pondok Pesantren Raudhatul Qur’an
Ciri
ciri pondok pesatren Raudhatul Qur’an hampir sama dengan pesantren salafiah
lainnya. Ciri khas dayah salafiah dikatagorikan sebagai berikut :
a Pimpinannya alim dan
berwibawa
b Fanatisme masyarakat
sangat kuat
c Tenaga pengajar
rtidak mendapat imbalan dari pondok pesantren, mereka hanya mengharapkan ridha
Allah dan imbalan diakhirat kelak nanti.
d Semua fasilitas
pondok pesantren ditanggung oleh masyarakat
e Tidak dipungut biaya
SPP
f Penghasilan orang tua
santri tergolong menengah kebawah
g Kehidupan santri
dalam pesantren sangat sederhana
h Berjiwa kebersamaan
i
Hidup mandiri.
Untuk masa-masa yang akan
datang demikian kesucian dan kemurnian i’tiqat dalam suatu masyarakat sebaiknya
yang tidak mengerti tentang Agama. Jangan mengagamakan masyarakat berikan
sesuatu pada ahlinya, hal ini bisa menyebabkan masyarakat simpang siur, dan
yang merasakan kerugian adalah masyarakat itu sendiri.
F. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran pada Pesantren Raudhatul Qur’an berlangsung pada setiap siang dan
malam hari selain hari libur sebagai berikut:
1. Semua santri yang
belajar Al-Qur’an (terutama tingkat Diniyah) berlangsung di:
-
Sore hari dari pukul 16.00 s/d 18.00 WIB
2. Santri yang belajar
Kitab Kuning (Tsanawiyah dan ’Aliyah)
-
Pagi hari dari pukul 05.30 s/d 07.30 WIB
-
Malam hari dari pukul 19.30 s/d 21.00 WIB
3. Muhadharah/ belajar
ceramah setiap malam sabtu pada pukul 21.00 sampai dengan selesai.
4. Dalael Khairat setiap
malam minggu pada pukul 21.00 sampai dengan selesai.
5. Majelis Ta’lim
(ibu-ibu) setiap malam sabtu pada pukul 19.30 – 21.00
6. Majelis Ta,lim
(bapak-bapak) setiap malam minggu pada pukul 19.30 – 21.00.
G. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Raudhatul Qur’an
Pesantren Raudhatul Qur’an memiliki tiga buah balai
pengajian. Pertama berupa Mesjid berukuran 15 x 24 meter dan tiga buah lagi
berukuran 12 x 6 meter, ketiganya terbuat dari papan atas bantuan masyarakat
dan berbagai instansi lainnya yang tidak mengikat. Di samping itu Pesantren
Raudhatul Qur’an juga memiliki fasilitas bak wudhu’ ukuran 2 x 1 meter, sebagai
tempat berwudhu’ para santri setiap tiba waktu shalat, di samping itu pesantren
Raudhatul Qur’an juga memiliki 16 asrama santri yang menjadi tempat tinggal
para santri.
Dayah Raudhatul Qur'an Tungkob Darussalam Aceh Besar
Reviewed by RQ Center
on
10:21:00 PM
Rating:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLB5aW7jchTB9ibLUt90yI9El1UZ3saTqxg4EajntT73F1dJkuZX9YfRM_xnoGXsUiUKKK1C6D2pjbDhbDp1kFQ-14dZ8KYzn92sFSQfZ-0yw_lo9YuEdIxe-2q05cXj8l7oOCWwlfS2Rk/s72-c/Copy+of+IMG_0245.jpg)
Tidak ada komentar: