Top Ad unit 728 × 90

Breaking News

random

Dayah Raudhatul Qur'an Tungkob Darussalam Aceh Besar


 Dayah Raudhatul Qur'an Darussalam Aceh Besar

Oleh : Mirza Fathullah Arif


A. Latar Belakang Berdirinya Dayah Raudhatul Qur’an
Dayah Raudhatul Qur'an Tungkob Daussalam Aceh Besar            Pada hakiktnya yang namanya pesantren/dayah  itu lahir berkembang berkat dukungan masyarakat gampung, masyarakat dikatakan sebagai penggerak utama  yang lama kelamaan terjwujudnya sebuah pondok pesantren. Makin tinggi ilmunya seorang Abu (nama panggilan untuk pimpinan pondok pesantren) makin besar pengaruhnya dan tercermin dengan popularitasnya pesantren yang dipimpin.
            Pondok pesantren Raudhatul Qur’an yang berangkat dari sebuah pengajian kecil yang bersifat kekeluargaan artinya disamping rumahnya dijadikan sebagai tempat pengajian begitu juga para santrinya berasal dari keluarga dekat. Kemudian hari demi hari terus berganti jumlah santripun bertambah terutama orang orang dekat/ ada hubungannya sanak saudara sehingga rumah tidak layak lagi untuk menampung sekian orang timbullah ide masyarakat untuk membantunya.

Dayah Raudhatul Qur'an Tungkob Daussalam Aceh Besar
            Pada tahap awal mereka hanya membangun sebuah balai yang berukuran sederhana. Dari proses inilah pondok ini berangkat hingga sekarang telah mengasuh 150 santri tingkat Diniyah, 80 orang tingkat Tsanawiyah, 50 orang tingkat ‘Aliyah dan 800 orang Majelis Ta’lim. Para santri dan anggota Majelis Ta’lim berasal dari kecamatan Darussalam Aceh Besar, Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh dan Daerah sekitarnya. Para santri yang menetap pada umumnya berasal dari seluruh pelosok daerah Kabupaten/Kota seluruh Aceh.
Dayah Raudhatul Qur'an Tungkob Daussalam Aceh Besar
 Dalam perkembangannya pesantren ini telah banyak melakukan perombakan baik dari segi sarana maupun prasarana. Bergitu juga dengan jumlah santri, dewan guru ataupun metode pendidikan yang tidak diragukan lagi di samping pendidikan Agama sebagai ciri khas ponpes, para santri juga diberikan pelatihan dan ketrampilan yang ditangani langsung oleh tenaga setempat.

B. Lokasi Pesantren Raudhatul Qur’an
Dayah Raudhatul Qur’an terletak di desa Tungkop kecamatan Darussalam kabupaten aceh besar persisnya di dusun Tungkop Barat, yaitu satu kilometer dari kampus UNSYIAH dan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Nama pesantren Raudhatul Qur’an diambil dari dua suku kata bahasa arab yang mempunyai arti taman Qur’an. Pondok pesantren yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1999. Didirikan oleh Tgk. H. Sulfanwandi Hasan, MA yang berasal dari Desa Kuta Buloh II, Kec. Meukek Kab. Aceh selatan.

C. Keadaan Santri Ponpes Raudhtul Qur’an
Untuk melihat lebih jelas jumlah santri / staf pengajarpada pesantren Raudhatul Qur’an dapat dilihat pada table berikut :
Jumlah Santri / Staf Pengajar Pada Pesantren Raudhatul Qur’an
Katagori Santri / Guru
Berdasarkan Umur
Jumlah
07 – 12
13 – 24
25 -30
> 30
Santri mukim
Santri tidak mukim
Guru mukim
Guru tidak mungkim

150

80

20
8
50

10
5

800
5
2
130
950
35
15

Jumlah santri dan staf pengajar pada pondok pesantren Raudhatul Qur’an terus bertambah seiring lajunya pertambahan lokal/ ruang belajar. Hal lain yang menyangkut dengan tenaga pengajar adalah para staf pengajar tersebut direkrut dari kelas tertinggi (Ma’had Ali) mereka diberikan kesempatan untuk memperdalam ilmunya lewat mengajar. Dalam hal ini mereka tidak diberi gaji atau upah dari pimpinan pesantren. Kasih sayang dan semangat dari pimpinan itulah gairah dan semangat yang mendorong untuk tetap menjaga kedisiplinan dalam bertugas, dengan didikan kehidupan yang sederhana itulah yang membuat seorang guru berbahagia.
Perkembangan dan kemajuan di sisi lain khususnya di bidang santapan rohani terhadap masyarakat luas, seorang santri dibebani prinsip-prinsip penerapan cara berhadapan dengan masyarakat. Dalam hal ini mereka diberi kesempatan berbaur lewat ceramah Agama, pengajian, atau sesuatu yang lain prinsipnya bakti sosial kemasyarakatan.

D. Tujuan Pondok Pesantren Raudathul Qur’an
            Salah satu visi dan misi kemandirian pesantren ini adalah terwujutnya insan yang berakhlak mulia. Dalam menghadapi peradaban yang semakin hari semakin bergejolak, para santri harus dibekali ilmu yang bisa menjawab persoalan persoalan yang akan dihadapi dalam masyarakat. Pembekalan ilmu yang mantap, membuat santri percaya diri, bisa beradaptasi dengan lingkungan luar bahkan bisa tampir dihadapan orang banyak.
            Keberhasilan dan meraih prestasi sudah terbiasa, ini bukan sifat local, berbagai penghargaan sudah dipersembahkan mulai dari tingkat kecamatan maupun kabupaten. Keberhasilan demi keberhasilan membuat lembaga  ini terus berkiprah. Apa yang memang menjadi realitas lembaga ini terus berpacu dalam segala bidang.
            Kehadiran pondok pesantren Raudhatul Qur’an di tengah tengah masyarakat khususnya sekecamatan darussalam udah dirasakan semenjak kemandirian lembaga ini yaitu tahun 1997. pembinaan yang sangat di prioritaskan yaitu pembinaan Akhlak lewat pengadaan majis ta’lim (pengajian). Pengiriman kader-kader da’i kegiatan bakti sosial yang mencakup kegiatan shalat jenazah, tahlilan, dalail khairat, tadarus Al Qur’an dan lain-lain yang sifatnya Agamis. Lewat kegiatan inilah fanatisme masyarak disekitarnya sangat kuat, buktinya lembaga yang tidak bersumber dana dari pemerintah ini tidak kalahnya dengan lembaga formal lainnya, APBD nya di tangan masyarakat. Dan merupakan tanggung jawap masyarakat khususnya masyarakat Kecamatan Darussalam.
            Suatu komponen masyarakat, bisa saja pengamalan yang mereka amalkan sedikitnya menentang dengan apa yang seharusnya, penyimpangan ini merupakan tindak lanjut dari pembinaan yang mereka terima. Apalagi dikaitkan dengan perkembangan zaman dan perubahan adat kebudayaan yang bergitu tajam. Pada prinsipnya kehadiran lembaga ini yang bervisi mengembalikan masyarakat kepada ajarang yang sebenarnya (fitrah). Adalah merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap individu santri pondok pesantren salafi. Lewat program jangka ini mudah- mudahan sudah terlaksana walaupun belum sepenuhnya terkendali. Hanya sebagian kecil dari masyarakat itu sendiri belum menerimanya.
            Pimpinan pondok pesantren Raudhatul Qur’an yaitu Tgk. H. Sulfanwandi Hasan, MA. Konsekuwensinya terhadap pesantren Raudhatul Qur’an sangat tinggi, tidak gegabah dalam melaksanakan suatu pekerjaan, penuh hati-hati. Atas dasar itulah semua pola pikir terwujudkan. Apakah itu bidang mekanisme, keorganisasian pesantren ataupun kepedulian masyarakat.

E. Ciri-Ciri Pondok Pesantren Raudhatul Qur’an
            Ciri ciri pondok pesatren Raudhatul Qur’an hampir sama dengan pesantren salafiah lainnya. Ciri khas dayah salafiah dikatagorikan sebagai berikut :
a      Pimpinannya alim dan berwibawa
b      Fanatisme masyarakat sangat kuat
c      Tenaga pengajar rtidak mendapat imbalan dari pondok pesantren, mereka hanya mengharapkan ridha Allah dan imbalan diakhirat kelak nanti.
d     Semua fasilitas pondok pesantren ditanggung oleh masyarakat
e      Tidak dipungut biaya SPP
f       Penghasilan orang tua santri tergolong menengah kebawah
g      Kehidupan santri dalam pesantren sangat sederhana
h      Berjiwa kebersamaan
i        Hidup mandiri.
Untuk masa-masa yang akan datang demikian kesucian dan kemurnian i’tiqat dalam suatu masyarakat sebaiknya yang tidak mengerti tentang Agama. Jangan mengagamakan masyarakat berikan sesuatu pada ahlinya, hal ini bisa menyebabkan masyarakat simpang siur, dan yang merasakan kerugian adalah masyarakat itu sendiri.

F. Kegiatan Pembelajaran
            Kegiatan pembelajaran pada Pesantren Raudhatul Qur’an berlangsung pada setiap siang dan malam hari selain hari libur sebagai berikut:
1.       Semua santri yang belajar Al-Qur’an (terutama tingkat Diniyah) berlangsung  di:
-          Sore hari dari pukul 16.00 s/d 18.00 WIB
2.       Santri yang belajar Kitab Kuning (Tsanawiyah dan ’Aliyah)
-          Pagi hari dari pukul 05.30 s/d 07.30 WIB
-          Malam hari dari pukul 19.30 s/d 21.00 WIB
3.       Muhadharah/ belajar ceramah setiap malam sabtu pada pukul 21.00 sampai dengan selesai.
4.       Dalael Khairat setiap malam minggu pada pukul 21.00 sampai dengan selesai.
5.       Majelis Ta’lim (ibu-ibu) setiap malam sabtu pada pukul 19.30 – 21.00
6.       Majelis Ta,lim (bapak-bapak) setiap malam minggu pada pukul 19.30 – 21.00.

G. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Raudhatul Qur’an
             Pesantren Raudhatul Qur’an memiliki tiga buah balai pengajian. Pertama berupa Mesjid berukuran 15 x 24 meter dan tiga buah lagi berukuran 12 x 6 meter, ketiganya terbuat dari papan atas bantuan masyarakat dan berbagai instansi lainnya yang tidak mengikat. Di samping itu Pesantren Raudhatul Qur’an juga memiliki fasilitas bak wudhu’ ukuran 2 x 1 meter, sebagai tempat berwudhu’ para santri setiap tiba waktu shalat, di samping itu pesantren Raudhatul Qur’an juga memiliki 16 asrama santri yang menjadi tempat tinggal para santri.


Dayah Raudhatul Qur'an Tungkob Darussalam Aceh Besar Reviewed by RQ Center on 10:21:00 PM Rating: 5

Tidak ada komentar:

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.